Dinglinglingling ~ Mendengar lagu berputar, Momoi memegang kepalanya dengan letih.
"Pada akhirnya kami masih datang ..."
Meskipun dia menentang dengan sangat keras, Momoi diabaikan dan diseret oleh semua orang untuk pergi ke arcade yang nyaman kecil yang terletak di atap sebuah mall di dekatnya.
"Meskipun arcade, tapi itu sebenarnya hanya berberapa konsol arcade yang ditempatkan bersama-sama." Pikir Kise setelah melihat sekeliling, dan itu memang kenyataannya.
Itu terlihat ketika awal di bangun, itu di maksudkan sebagai tempat dimana para pembeli dan anak-anaknya dapat bersantai sejenak. Sayangnya, disana tidak ada permainan atletik atau perperangan.
Mesin fotokopi yang kuroko sebutkan terletak di sudut dimana tidak ada seorang pun yang akan memperhatikannya. Midorima dan Aomine mencoba untuk memasukkan koin 10 yen, dan bertanya "Apakah benda ini masih berfungsi?". Tentu saja, mesinnya tidak ada masalah. Jumlah kertas yang akan di print dibayar per lembar. Midorima dan Aomine segera memulai membuat kopi-an, kadang-kadang berdebat sepanjang baris "Dapatkah Anda menyesuaikan sisi dan tepi dengan benar sebelum menyalin/kopi?" "Haih, sesuatu seperti ini akan dilakukan."
Catatan Kuroko yang ingin di copy di tinggal kepada mereka berdua untuk di copy. Momoi, Kuroko dan yang lainnya pergi bersama ke sebuah konsol yang ada disudut arcade.
"Kalau kamu dapat mencapai/melebihi nilai tertinggi di permainan ini, kamu akan mendapatkan hadiah."
Kuroko menunjuk pada permainan menari (Dancing game). Permainan itu adalah DDR.
"Permainan ini masih belum ketinggalan zaman..."
Kise melihat ke permainan yang menakjubkan.
"Apa ini? permainan yang terkenal?"
Murasakibara memiringkan kepalanya dan bertanya sambil memegang snack-nya. Dia kelihatan tidak mengerti semua itu.
"Permainan ini pernah terkenal. Kamu ikuti saja arah-arahnya di layar dan menginjak pada sensor yang ada di lantai. Lihat, hanya seperti itu"
Momoi menunjuk pada mesin DDR yang lain dimana sepertinya murid sekolah dasar sedang menari. Dia kemungkinan sangat mahir dalam permainan itu, dengan gerakannya yang sempurna dan mahir dalam menginjak sensor tersebut.
Kuroko memasuki beberapa koin ke dalam konsol dan menjelaskan: "Kalau kamu dapat melewati bagian di mode yang sedang dan memiliki beberapa kesalahan, maka hadiahnya adalah batang cracker rasa saus tomat minyak. Mendengar itu, Murasakibara yang sedang mengemil, berhenti.
"Mn.. Baiklah. Walaupun saya tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup, tapi saya akan mencobanya."
Dia menjilat sisa-sisa bumbu makanan ringan di jarinya, dan memulai bermain.
"Ini... Gambarnya kurang jelas..."
"Itu karena muk-kun terlalu tinggi.."
Momoi keceplosan ketika mendengar komentar Murasakibara. Pada saat ini, Kuroko mengulurkan tangannya dan berkata: "Mulai dari mode dasar dulu". Kemudian di memencet tombol mulai. Diikuti dengan musik yang keras, layarnya menampilkan instruksi pada langkah yang akan di ambil. Tetapi...
"Muk-kun! Kanan! Langkah ke kananmu!"
"Ah? Ah, disini?"
"Murasakibara-kun, itu adalah kiri."
"Ah? Disini?"
"Instruksi dari permainan tersebut telah berubah!"
Walaupun sudah diduga, tetapi sebagai seorang pemula, nilai Murasakibara sangatlah buruk untuk di lihat.
"Ini susah."
"Murasakibara berkata dengan kelelahan sambil melangkah keluar dari konsol."
"Ini adalah giliran saya!"
Kise dengan cukup percaya diri melangkah masuk ke konsol.
"Ki-chan, kamu pernah memainkan ini sebelumnya?"
Momoi bertanya, dan kise menjawab sambil membuat simbol damai:
"Pertama kalinya bermain, tetapi seharusnya oke."
Tentu saja, pada akhirnya dia putus asa.
"Aw, tidak pernah menyangka akan sangat sulit! Kalau mode dasar saja sudah sulit, jadi bagaimana dengan mode sedangnya?!"
Saat ia melangkah keluar dari konsol, Kise disambut dengan tatapan dingin.
"Ki-Chan, kamu adalah seorang model, bagaimana irama kamu sangatlah buruk..."
"Walaupun kamu adalah pemula, itu juga terlalu buruk."
"Kamu juga tidak dapat mencapai nilai yang aku dapatkan tadi."
"Hey! Apa yang ingin kalian katakan! Jangan begitu kejam! Tentu saja untuk pertama kalinya akan seperti itu!!"
Walaupun kise tidak puas, tetapi ketiga lainnya dengan diam saling melihat, mengangguk dan berkata: "Tetapi kamu sangat..." Itu benar. Gerakan kise sangatlah kaku. Dia seperti robot yang melangkah keliling pada tempat yang sama.
Ketika ia mengingat itu, Murasakibara memberikan ledakan tawa kecil.
Melihat reaksi mereka, Kise menganggapnya dengan serius.
"Ah, Cukup! Aku pasti akan mencapai nilai yang lebih tinggi pada mode sedang dan menunjukkan pada kalian!"
Dia mengumumkan.
"Ki-Chan, sebelum kamu mencoba mencapai nilai tertinggi, dompet kamu akan kosong."
"Tenang! Saya mempunyai ide!"
Kise mengangkat kepalanya dan menunjuk pada mesin DDR yang lain. Murid sekolah dasar yang masih terbenam dalam permainan itu.
"Aku akan mengamati gerakannya, dan saya akan mencopinya dengan sempurna."
"Apa??!!"
Momoi bertanya dengan sangat keras karena terkejut. Walaupun Kuroko dan Murasakibara tidak menduganya.
"Apakah bisa di copy?"
"Tentu saja bisa. Selama saya melihat gerakannya sekali, saya dapat mencopy nya dengan sempurna."
"Tetapi Ki-Chan kamu tidak dapat merasakan sedikit irama... Apakah kamu yakin dapat mencopy-nya?"
"Saya akan mengingat setiap iramanya."
Setelah itu, seakan-akan dia menyuruh mereka untuk berhenti berbicara dengan dia, Kise membalikkan badannya dan meninggalkan mereka bertiga dan mulai menatapi murid sekolah dasar tersebut tanpa berkedip. Dan hasilnya, anak tersebut takut.
Sadar bahwa dia di lihat oleh Kise, dia sedikit takut dan berhenti menari sejenak. Namun, permainannya belum lah selesai, dan dia mungkin tidak ingin putus asa terhadap permainan yang telah dimulai, dia kembali bermain, dan berharap tidak merasa terganggu dengan tatapan kise. Dengan itu, Murid sekolah dasar tersebut lanjut menari lagi sementara murid sekolah menengah menatapinya tanpa berkedip.
"Apa ini..."
"Momoi tidak bisa apa-apa tetapi berkata.
"Karena kita sudah disini, apakah momoi-san ingin mencoba?"
Kuroko menunjuk ke permainan tersebut dan berkata.
"Kise-kun mungkin akan sangat lama sebelum dia selesai mencopy."
"Itu benar..."
Dengan seperti itu, Momoi melangkah masuk ke konsol.
Walaupun irama momoi tidaklah buruk, tetapi pada akhirnya dia tetaplah seorang pemula. Di akhir dari permainan tersebut, nilainya hanyalah rata-rata.
"Walaupun hanya bermain mode dasar dapat membuatmu begitu berkeringat."
Momoi mengusap keringat yang ada di dahinya ketika dia melangkah keluar dari konsol.
"Muk-kun, mungkin kamu seharusnya menunggu sampai rasa baru itu diperkenalkan di toko serba ada sebelum kamu membelinya."
"Ah... itu benar."
Mendengar perkataan Momoi, walaupun Murasakibara setuju, tetapi nadanya sedikit tidak bersemangat.
Pada saat ini, suara lain memotongnya.
Itu adalah Kise.
Anak dari konsol yang lain baru saja menyelesaikan permainannya. Kise dengan cepat melompat ke konsol untuk bersiap-siap.
"Acara Utama telah muncul!"
Dia dengan percaya diri menekan tombol mulai dan memilih tingkat/level. Diikuti dengan musik yang hidup, instruksi melangkah yang di perlukan sangat rumit.
"Kamu benar-benar ingin bermain di mode sedang??!!"
Momoi berkedip dengan terkejut.
Walaupun, itu tidak begitu mengejutkan. Kaki kise berpindah dengan mulus, mengikuti instruksi dengan benar.
"Bahkan iramanya di copy dengan sempurna."
Bahkan Murasakibara terkejut dan tetap menatap Kise.
"Itu hanya awalnya!"
Seakan-akan aba-aba pada teriakan Kise, musik menjadi lebih cepat. Namun, gerakan kise juga mengikuti dan menaikkan kecepatannya.
"Menakjubkan...."
Momoi menontonnya hingga lupa berkedip.
Setelah musiknya berhenti, Kise juga berhenti. Momoi dan Murasakibara tidak bisa apa-apa tetapi memberikan tepuk tangan untuk keberaniannya. Kise mencapai nilai tertinggi pada konsol tersebut, dimana layar tersebut berpindah menjadi evaluasi nilainya.
"Dengan seperti ini, kita bisa mendapatkan batang cracker tersebut."
Kise bersandar ke pagar konsol dan bernapas berat untuk mengatur napas.
"Mn. kita akhirnya mendapatkannya. Bukankah seperti itu, Tetsu-kun!"
Momoi dengan senang berbalik menghadap kuroko, tetapi tidak dapat menemukannya.
"Eh? Ini aneh."
Dia melihat sekeliling. Bahkan Kise dan Murasakibara juga ikut mencari Kuroko, tetapi mereka tidak dapat menemukannya.
"Mn~ Kapan dia menghilang?"
Murasakibara memiringkan kepalanya dan bertanya, kebingungan. Namun, bahkan Momoi dan Kise tidak ada ide sekalipun.
"Tetsu-kun?! Dimana kamu?!"
Momoi dengan gelisah ingin meninggalkan arcade untuk mencarinya, tetapi mendengar:
"Ada apa?"
Kuroko muncul entah dari mana.
"Tetsu-kun! Itu bagus! Benar-benar, Kemana kamu pergi!"
Melihat momoi yang ingin menangis dari kesulitan, Kuroko malu-malu menggaruk pipinya.
"Maaf, saya pergi untuk mengumpulkan hadiahnya."
"Ah? Hadiah?"
Tidak mengetahui maksud dari Kuroko, Momoi bertanya sambil memiringkan kepalanya.
"Ini."
Kuroko menunjukkan kantong plastik transparan yang dipenuhi dengan snacks. Itu adalah batang cracker rasa Saus tomat minyak didalamnnya.
"Ah. Ini. Apakah..."
Menebak apa yang ingin Murasakibara katakan, Kuroko mengangguk.
"Ini adalah snack yang di hadiahkan."
"Oh, jadi kamu pergi untuk mengambil hadiahku?"
Mendengar Kise, Kuroko menggeleng kepalanya.
"Tidak, ini dimenangkan oleh saya."
"Apa?"
Kali ini, selain dari Kuroko, semua orang juga bingung.
"Saya juga bermain 1 ronde DDR."
"Apa??!!"
Mereka bertiga terkejut dashyat. Kuroko yang tidak di perhatikan oleh mereka menunjukkan ke konsol yang kise main sebelumnya.
"Ketika Kise-Kun bermain, Saya menggunakan konsol disebelahnya."
"Tidak mungkin."
Momoi terdiam. Mesin DDR sangatlah keras ketika bermain. Tidak peduli bagaimana asyiknya mereka di keahlian Kise, mereka seharusnya tidak menyadari Kuroko bermain disamping.
Selain itu, Apa yang Momoi sesali adalah tidak dapat melihat bagaimana Kuroko bermain DDR.
Dia menarik-narik bahunya. Ehhhhhh, Aku benar-benar ingin melihat bagaimana Kuroko bermain permainan!"
Tidak mempedulikan ketidak puasan Momoi, Kuroko memberikan Snacks kepada Murasakibara. Seakan-akan dia tiba-tiba teringat, dia menambah:
"Oh, ya itu benar. Nilai yang Kise dapatkan. Hadiahnya bukan Snacks."
"Apa? Apakah itu benar?"
Mendengar perkataan Kuroko, Kise sedikit membungkuk.
"Hadiah untuk mencapai nilai tertinggi di mode sedang adalah snacks, tapi jika kamu melewati nilai tertinggi, hadiahnya adalah yang lain."
"Ja-Jadi saya telah menghabiskan banyak usaha."
Kise bersandar ke pagar dengan cemas. Namun, setelah memenangkan hadiahnya. Dia dapat mengambilnya. Dia berdiri dan pergi mengambil hadiahnya.
Di sisi lain, Murasakibara dengan tidak sabar menggigit batang crackernya.
"oh... Oh!"
Untuk pertama kalinya pada waktu itu, Matanya bercahaya.
"Ini sangatlah enak..."
Crunch Crunch Crunch. Murasakibara memakan batang cracker sambil mengambil yang lain.
"Muk-kun, minum sesuatu. Atau tenggorokanmu akan kering nantinya."
Momoi melihatnya dengan khawatir.
"Benar... Saya akan pergi mencari Mesin Otomatis." Murasakibara berkata dan kemudian pergi.
"Muk-kun benar benar melupakan yang lain ketika dia melihat sebuah makanan ringan..."
Melihat Murasakibara meninggalkan sampai dia melewati sudut dan tidak terlihat lagi, Momoi baru sadar sesuatu yang sangat penting.
Baru saja empat dari mereka bersama. Sekarang hanya tinggal berdua, dan jadi ini bisa saja.... Tinggal mereka berdua??!!
Hatinya mulai berdetak dengan kencang.
Tanpa diketahui, tempat ini adalah arcade, tetapi untuk murid sekolah menengah, ini bisa saja lokasi yang umum.
Ini benar. Ini adalah kencan. Situasi sekarang bisa terlihat seperti kencan.
Dan juga, arcade ini juga bisa dianggap sebagai lokasi kencan dengan fasilitas yang bagus. Hati momoi terhibur, tetapi pikirannya berkata lain: Ini tidak benar, kamu saja belum percaya kamu menyukainya. Mendengar hati dan pikirannya berdebat, Momoi tiba-tiba dapat mencerna alasan dari situasi ini.
Kuroko melihat ke permainan lain, ketika mendengar Momoi bertanya:
"Tetsu-kun, setelah bermain, apakah kamu baik-baik saja?"
"Apa maksudmu?"
Kuroko sedikit bingung dan bertanya. Momoi membuka mulutnya untuk menjelaskan isu yang ada di pikirannya:
"Karena Tetsu-kun, Kamu..."
"Untuk kamu sebagai tanda terimakasih."
Sebuah botol plastik neon tiba-tiba muncul di antara mereka berdua.
"Terimakasih telah memenangkan makanan ringan untuk saya. Ini adalah traktiranku untuk Kuro-Chin."
Murasakibara, Yang baru saja kembali membeli minuman di mesin otomatis, memasukkan dirinya diantara mereka berdua.
"Terimakasih."
Kuroko menerima minumannya.
"Huh? Momo-chin juga ingin?"
Murasakibara dengan polos bertanya, tanpa mengetahui bahwa dia telah menganggu waktu bersama Kuroko dan Momoi.
"Ngak usah."
Setelah di ganggu. Momoi tidak memiliki keberanian untuk melanjutkannya dan hanya bisa tertawa. Ngomong-ngomong, masalah baru pun muncul.
"Muk-kun, botol yang kamu beli warnanya agak aneh deh."
"Benarkah? Saya suka merek ini."
Murasakibara menjelaskannya dengan perlahan sambil mengangkat botol minuman di tangannya yang punya warna yang sama dengan yang dia berikan kepada kuroko. Botol tersebut berlabel "Summer Colour Lemon Sunshine Fizzy Drink." Walaupun rasanya lemon, tetapi warnanya merah.
"Saya tidak dapat membayangkan rasanya bagaimana."
Momoi cemberut melihat botol minuman tersebut. Sejujurnya, itu terlihat tidak bagus untuk kesehatan.
Tetsu-kun, Apakah minuman ini bisa buat mabuk? Momoi mulai khawatir. Dia melihat Kuroko, yang berada di tengah" keributan. Momoi menatapi botol tersebut dengan seram.
"T-Tetsu-kun? Apakah kamu baik-baik saja?"
Kalau Tetsu-Kun pingsan begitu saja, apa yang akan terjadi? Momoi mengkhayalkan hal yang buruk sambil bertanya dengan khawatir. Kuroko mengangguk dan berkata:
"Ini sebenarnya enak."
"Ah!?"
Ini sangat mengejutkan. Tetapi, apa yang dia katakan kepada momoi lebih mengejutkan lagi:
"Ini, mau mencobanya?"
"Ah?!"
Kuroko memberikan botol yang telah dia minum sebelumnya.
"Saya telah meminumnya sedikit. Jika kamu..."
Momoi terkejut dan melihat dari Kuroko ke botol minuman tersebut.
Bukankah ini... Pipinya mulai memerah.
...Ciuman tidak langsung!?
Walaupun dia sedikit grogi, tanpa berhenti bertanya kepada dirinya "Apa yang akan saya lakukan? Apa?", tetapi Momoi menerima minumannya dengan santai dan mengucapkan terimakasih.
Kuroko memindahkan botolnya ke tangan Momoi.
Haruskah saya minum? haruskah saya minum? tetapi jika saya tidak minum, saya akan merasa bersalah. Walaupun dia menjelaskan pada dirinya, Momoi meletakkan mulut botol tersebut ke bibirnya.
Namun, pada saat ini.
"Oh, ini terlihat enak untuk di minum."
Aomine, yang baru selesai fotocopy, dengan tiba-tiba mengambil minuman Momoi yang baru saja ingin dia minum.
Ketika minumannya di ambil Aomine, Dia tidak bisa apa-apa, kecuali diam terpaku.
"Aomine-kun, itu punyaku."
"Ah. Apa?. Ini adalah punya Tetsu. Saya telah meminumnya. Rasanya sungguh aneh."
Melihat ke arah Kuroko yang terkejut, Aomine mengembalikan botol kosong dan menunjukkannya.
Tidak ada setetes pun yang tersisa.
Aomine dengan perlahan mengaruk kepalanya.
"Saya melihat Satsuki memegangnya, jadi saya pikir ini punyanya. Mn? Satsuki?"
Dia akhirnya melihat ekspresi Momoi dan melihat ada sesuatu yang janggal.
Momoi mengembungkan pipinya sambil menangis dan menatap Aomine. Ketika mata mereka bertemu, Momoi akhirnya meledak dengan tidak sabar.
"Aomine kamu idiot! Kamu idiot yang punya pikiran yang sangat simple!!!"
"Ah? Pi-Pikiran yang simple?"
"Hmph, Aku tidak akan peduli padamu lagi!"
Aomine bingung dengan reaksi Momoi yang tidak seperti biasanya.
"Ap-Apakah kamu segitu hausnya? Mau saya belikan yang baru?"
"Hmph, saya tidak peduli!"
Setelah itu, Momoi berbalik, dan berjalan begitu saja.
"H-Hey, Jangan Pergi! Satsuki!?"
Aomine dengan segera memanggilnya, tetapi Momoi tidak berbalik melihatnya, berjalan ke sudut dan hilang.
"Walaupun hanya sedikit, saya sangat ingin meminumnya."
Momoi dengan marah menuju ke Vending Machine di koridor. Disana tidak ada orang, dan di atas hanya ada tangga.
Dia memilih botol teh manis dari Vending Machine. Dengan kesal, dia meminum setengah botol dengan sekali teguk.
"Aomine-kun benar-benar tidak tau kode!"
"Apa? Berdebat dengan pacarmu?"
Suara bertanya dari belakang. Momoi berputar.
Disana ada dua laki-laki yang terlihat seperti murid SMA. Celana mereka yang sepinggang, dan kemeja mereka yang tidak dikancing. Diluar dari 2 laki-laki tersebut, dengan rambut yang panjang melihat Momoi dengan sambil ketawa, memberikan kesan yang buruk padanya.
"Setelah berdebat dengan pacarmu, kamu datang ke sini dengan marah dan minum? Membiarkan perempuan yang imut seperti kamu disakiti, pacarmu sedikit berlebihan.
"... Apa yang kalian inginkan?"
Momoi menatapi mereka dengan hati-hati. Kemarahan dia kepada Aomine hilang, mala berpikir bagaimana menghadapi situasi seperti ini. Sesuai pengalaman momoi mengatakan bahwa orang yang datang secara tiba-tiba dan berbicara denganmu seperti biasanya adalah orang yang tidak baik.
Laki-laki yang disamping rambut panjang itu, memiliki tindikan dihidungnya, berjalan ke arah akhir koridor, agar Momoi tidak bisa ke mana-mana.
"Kamu seharusnya membiarkan kami menenangkanmu. Mau ke karaoke? Kami akan mentraktirmu."
Rambut panjang itu memegang tangan Momoi.
"Jangan seenaknya memegang saya!"
Momoi marah. Tetapi, jika dia marah dengan irasional di waktu seperti ini, dia hanya akan ditertawai oleh mereka. Momoi dengan cepat menepis tangan si rambut panjang itu, dan berkata dengan dingin:
"Jangan seperti ini. Seseorang menunggu saya. Saya pergi dulu."
"Hey, Hey, jangan berkata seperti itu. Dengan melihat seragammu, kamu sepertinya murid SMP Teikou? Sebagai murid SMP, kamu sangatlah imut."
Laki-laki dengan tindikan di hidung tersebut melihat Momoi, agar Momoi malu.
Momoi mencoba untuk berjalan mundur, tetapi di halangi oleh Vending Machine dan tidak dapat keluar.
"Tidak!"
Dia membalikkan tubuhnya.
Tetapi, tangan lelaki tersebut tidak memegang bahu Momoi.
"Momoi-san, mungkin tidak mengenal kamu kan?
Tangan si tindikan tersebut di pegang oleh seseorang.
"S-Sialan! Kamu siapa?"
Si tindikan tersebut berbalik dan melihat seseorang berdiri di sana
"Tetsu-Kun!"
Momoi memanggilnya dengan perasaan lega.
Tidak dapat dipastikan kapan Kuroko berdiri di belakang laki-laki itu. Kuroko melepaskan tangannya.
"Sialan. Kapan kamu?"
Laki-laki tersebut memegang tangannya dengan memberikan ekspresi aneh kepada Kuroko. Ini tidak mengejutkan, jika dia tidak mengetahui bahwa ada orang yang berdiri disampingnya.
Pada saat itu.
"Ah!"
Si rambut panjang itu memberikan triakan terkejut dan jatuh.
Ketika berada di tanah, ekspresi Aomine yang tidak sabar pun keluar.
"Apa yang kamu lakukan, Satsuki."
"Aomine-Kun!"
Momoi memanggil namanya dengan terkejut.
"Jika kamu ingin minum, saya akan mentraktir kamu."
"Sialan, apa yang kamu lakukan!"
Si rambut panjang itu berdiri dan menatapi Aomine dengna kesal.
"Apa yang saya lakukan? Menendang lututmu dari belakang."
"Kamu masih berani menyebutnya, sialan, kamu mau mati?"
"Tentu saja tidak. Saya mencarinya, tetapi kamu menghalangiku, jadi saya harus menggeser mu sedikit."
"Apa yang kamu katakan?! Kamu sialan!"
Si rambut panjang itu menggenggam kerah Aomine. Ini membuat si tindikkan itu mencetuskan Kuroko.
"Kamu anak SMP sialan, berani-beraninya kamu!"
Kuroko mundur, agar si tinddikkan itu mengiktuinya dan maju selangkah.
"Hn?"
Si tindikkan itu tiba-tiba menemukan bahwa dia tidak dapat maju ke depan. Dan juga, dahi nya serasa aneh. Apakah itu? Dia mencoba untuk melihat keatas, tetapi seberapa besar dia mencoba, kepalanya tidak dapat bergerak. Kemudian dia baru sadar bahwa ada seseorang yang menekan kepalanya.
"Apa yang kalian lakukan? Siapakah dia? Seseorang yang kamu kenal?"
Beberapa kata yang terdengar di atas kepala si tindikkan itu.
"K-Ka-Kamu!?"
Si rambut panjang itu melihat kebelakang tanpa dapat berkata apa-apa. Ini juga tidak begitu mengejutkan sebenarnya. Bahwa ada seseorang yang memegang kepala si tindikkan itu bagaikan memegang bola, adalah raksasa yang lebih dari 2 meter tingginya yang kita sebut, Murasakibara.
"Hey, sialan, lepaskan aku!"
Si tindikkan itu memegang tangan Murasakibara dengan tujuan agar dia melepaskan kepalanya, tetapi Murasakibara tidak bertindak apapun. Dan lagi, dari tempat si tindikkan ini, dia tidak dapat melihat Murasakibara. Ini membuat dia semakin panik.
"Tolong... Lepaskan saya!"
"Ahhh, saya tidak mau~"
Murasakibara mengatakannya sambil menguap.
"Kenapa tak kamu tindih saja kepalanya, Murasakibara."
Aomine melihat Murasakibara dari sudut matanya sambil tersenyum bagaikan seorang iblis.
Ancaman yang benar-benar tak berdasar, tetapi si rambut panjang itu tidak dapat melakukan apa-apa tetapi hanya bisa melepaskan.
"Mnnn.. Saya akan mendengarkanmu dan menindih kepalanya"
Murasakibara ingin menindih si tindikkan itu. Suaranya kekanak-kanakan, itu membuatnya semakin tak jelas, apakah dia bercanda ataukah serius.
"Ja-Jangan!!"
Si tindikkan itu memohon. Si rambut panjang itu ingin pergi menolong si tindikkan ini, memegang tangannya.
Tetapi dalam keadaan ini...
".... atau lupakan saja~"
Murasakibara tiba-tiba melepaskan tangannya, membuat si tindikkan ini kehilangan keseimbanganya ketika dia tiba-tiba di tarik oleh si rambut panjang itu, sehingga membuat mereka jatuh bersama-sama."
"Ow..."
"Hey, ayok pergi."
"Si-Sial! Aku akan ingat ini!"
Kedua anak SMA itu pun berdiri, mengucapkan beberapa kata sebelum mereka pergi menyelamatkan diri.
"Apa yang terjadi pada mereka?"
Murasakibara menggaruk kepalanya, masih tidak mengerti apa yang terjadi.
Momoi menghembuskan nafas yang panjang, agar melepaskan rasa tegang terhadap apa yang telah terjadi.
"....syukurlah...."
"Syukurlah. Apa yang kamu lakukan."
Aomine dengan tergesa-gesa menjentikkan jarinya di dahi Momoi.
"Te-tetapi aku.."
Momoi ingin membantah, tetapi setengah jalan dia berhenti, mala mengatakkan "Maaf".
Walaupun dia berencana untuk menemukan suatu cara untuk keluar ataupun meminta pertolongan, jika Kuroko dan yang lainnya tidak datang, itu akan menjadi hal yang sulit agar dia selamat. Dan lagi, mereka telah sangat khawatir padanya dan mencarinya, itu membuat dia senang. Terutama kepada Kuroko, orang pertama yang menolongnya.
"Terimakasih telah menolong saya.
"Hal yang terpenting adalah kamu tidak terluka."
Kuroko menjawabnya sambil senyum.
"Kita disini tidak untuk menolongmu. Ini karena kita yang datang dengan kemauan sendiri."
Setelah Aomine siap berbicara, dia berputar dan pergi.
"Muk-kun, terimakasih"
Mendengar ucapan Momoi, Murasakibara diam-diam tersenyum."
"Nn? Kenapa kamu berterimakasih padaku?"
Ketika mereka kembali dari arcade, Midorima dan Kise telah menunggu disana. Kise menunjukkan 1 tumpukkan foto-foto photo booth. Itu tidak jelas ketika foto-foto itu di ambil.
Kise memberikan senyum masam untuk mengejutkan Momoi dan berkata:
"Ketika saya pigi mengambil hadiah DDR, saya diberhentikkan oleh 1 kelompok wanita yang berkata mereka melihat saya di majalah. Setelah itu, mereka meminta saya untuk mengambil beberapa foto bersama mereka. Saya tidak berpikir terlalu banyak dan saya setuju, tetapi mala di luar kendali dan kita mengambil setumpuk foto-foto. Saya baru saja menunjukkannya kepada Midorimacchi.
"Ini sangat berantakkan kamu tidak bisa melihat dengan jelas ini siapa-siapa saja."
Midorima memberikan opininya.
"Perempuan suka menghias fotonya dengan berbagai stempel, bukankah begitu, Momoicchi?"
"Mn, karena itu akan terlihat lebih imut."
Momoi perlahan-perlahan melihat setiap lembaran. Setelah beberapa lembaran, dia tiba-tiba diam.
"Ki-chan, latar belakang ini sedikit aneh. Mereka mempunyai ring basket"
"Ah? Oh itu. Yeah, itu emang aneh. Biasanya emang ada beberapa pemandangan alam.. Oh ya, kenapa kita tidak berfoto bersama saja di latar belakang aneh itu?"
"Ah!?"
"Apa?"
"Haih.."
"Apa yang kamu rencanakan."
"Kise-kun, ini ide yang bagus."
Semua mempunyai ekspresi yang berbeda-beda.
"Ini karena kita jarang keluar bareng seperti ini. Dan lagi, kita tidak pernah berfoto di Photo Booth sebelumnya."
"Saya tidak pernah."
Kuroko menjawabnya dengan jujur.
"Benarkah? Kalau begitu Ayo!"
Momoi tiba-tiba begitu bersemangat.
Kalau di pikir-pikir, ini adalah kesempatan untuk berfoto bareng Kuroko. Walaupun ini foto bersama, tetapi kesempatan ini tidak boleh di lewatkan.
"Saya tidak butuh."
"Apa yang kamu maksud. Ini hanya sekali. Kalau Momocchi tidak disini, kita tidak akan pernah bisa mengambil foto bersama di Photo Booth."
Kise tidak berhentinya membujuk, tetapi Aomine masih merasa terganggu, dan dia menolak untuk setuju. Disaat itu juga, Momoi memakai jurusnya yang mematikan.
"Aomine-kun, bukankah kamu meminjam catatan saya untuk di salin. Anggap saja ini sebagai balasan."
"Apa?! Kalau kamu berkata seperti... Ah, oke saya mengerti. saya akan ikut."
Jurus mematikan ini sangat efektif dan Aomine menyerah.
"Kalau begitu ceritanya, saya juga tidak bisa tidak ikut."
Midorima bertindak agak aneh sambil memegang poni-nya.
"Ehhhh, semua orang ikut? Maka saya juga akan ikut...."
Akhirnya, Murasakibara juga ikut, dan mereka semua menuju mesin Photo Booth.
Walaupun mesin ini model lama, tetapi ketika sekelompok orang tinggi memasuki mesin ini, mereka akan saling berdorongan di kotak kecil ini.
"Sangat sempit... Bagaimana bisa perempuan bertahan di tempat seperti ini.."
Aomine duduk di bagian belakang.
"Saya mengerti, latar belakangnya di atur di layar ini."
Midorima terlihat bersemangat.
"........"
Murasakibara tidak tertarik, dia diam-diam memakan cemilannya.
"Okay, selesai! Saya akan mengambilnya sekarang~"
Momoi, yang sibuk mengoperasi mesin, memberitahu mereka untuk bersiap-siap.
"Baiklah semuanya, senyum~"
Setelah instruksi dari mesin selesai, ada suara "Click". Layar di depan mereka ditampilkan gambar yang baru saja diambil.
"Bagaimana bisa kalian mengambil foto seperti itu!"
Kise, yang maju kedepan untuk melihat hasil foto, berteriak.
"Aominecchi, kenapa kepalanya dimiringkan jauh dari kamera?"
"Karena itu menarik."
Aomine menjawab dengan muka serius. Momoi berputar ke arah Aomine yang berada di belakangnya.
"Midorin, kamu juga, senyum ketika berfoto!"
"Hanya ekspresi ini saja yang saya pakai ketika berfoto."
"Itu ekspresi untuk mengambil foto passport. Dan kamu juga, Muk-kun, kenapa kamu tutup mukamu dengan sebungkus cemilan mu?"
"Mnnnn, karena saya ingin berfoto bersama cemilan saya."
"Kemudian letakkan saja bungkusanmu itu sampai dadamu."
"Okay, kita ambil yang lain!"
Momoi mengoperasikan mesinnya sekali lagi untuk mengambil foto yang lain.
"Baiklah, senyum~"
Setelah itu, suara teriakan pun terdengar.
"..Mm, ini tidak terlalu buruk"
Liat pada tampilan foto itu, Kise melihat ke opini Momoi.
Itu ada perbedaan foto pertama dengan yang kedua. Yang pertama, Aomine, yang mencoba untuk melihat ke kamera. Yang kedua, Murasakibara meletakkan sebungkus cemilan disamping mukanya.
Momoi menatapi foto tersebut.
"Mn.. Ini oke. Tidak begitu buruk."
Dia memberikan senyuman masam dan ingin menekan foto konfirmasi.
"tunggu."
Midorima memberhentikan dia.
"Ada apa, Midorimacchi? Ingin mengambilnya satu lagi?"
Midorima menunjukkan ke foto dan berkata:
"Apakah kita melupakan sesuatu yang sangat penting?"
"Yang sangat penting?"
Momoi dan kise melihat fotonya kembali.
Di depan adalah Momoi dan Kise yang tersenyum cerah, dan yang di belakang adalah Midorima, Aomine dan Murasakibara.
"Midorimacchi, apakah kamu ingin kita semua berpose bersama?"
"Tidak! Apakah kamu tidak mengerti? Kuroko tidak ada didalam."
"Ahh!!!"
Kise dan Momoi berteriak ketika mereka melihat tampilan layar tersebut.
"Kurokocchi!?"
Kise buru-buru membuka tirainya, tetapi tidak ada orang di luar.
"Saya disini."
"Ah!?"
Suaranya keluar dari belakang Murasakibara.
"Eh?"
Murasakibara bergeser sedikit, dan hasilnya Kuroko muncul di belakangnya.
"Kurokocchi! bagaimana bisa kamu disana?"
"Itu karena Murasakibara yang berdiri di depan saya."
"Mm? Apakah seperti itu?
Murasakibara merespon tanpa ada kode untuk meminta maaf.
"Ini benar. Kalau kamu liat baik-baik, akan terlihat lengan Tetsu!"
Aomine menatapi layar untuk memeriksa jejak Kuroko.
"Tetsu-kun, kesini! kedepan!"
Momoi memanggil Kuroko untuk berada di tengah-tengah dia dan Kise. Dia terlihat tidak keberatan untuk mengizinkan dia berdiri disampingnya.
"Baiklah! Di depan lebih jelas!"
Mendengar kise berdentang untuk membantu, Momoi berteriak "Good Job!"
"Ah, ini benar. Pegang ini. Ini akan membuat kamu terpukau! Ini adalah hadiah yang saya dapatkan."
Setelah berkata seperti itu, Kise mengeluarkan celengan kucing dari tasnya.
Tetsu-kun pegang kucing itu, oke bagus; Ki-Chan! Momoi berteriak sekali lagi.
Dengan seperti itu, dia dengan senangnya mengoperasikan mesin itu lagi.
"Okay, kita mengambilnya sekarang~ Apakah kalian siap?"
"Bentar!"
Midorima menghentikan dia lagi.
Dia melihat ke Kuroko dengan sangat serius dan berkata:
"Kuroko... Apa yang kamu pegang?!"
"Taro Kitty"
"Taro Kitty?!"
"Ini adalah nama yang saya berikan pada kucing ini."
Kuroko melanjutkan: "Apakah kamu ingin melihatnya?" Dia memberikannya kepada Midorima.
Midorima menerima Taro Kitty, dan menatapinya dari atas sampai bawah. Ketika kucing itu telah mulai terbakar menjadi debu oleh tatapannya itu, dia akhirnya berkata:
"Kuroko, berikan pada saya!!"
"Ah? Baiklah."
"Apa?!!"
Kise dan Momoi tidak bisa apa" tetapi melompat.
"Midorin, ada apa? Apakah kamu mengkoleksi produk Kucing?"
"Yang pertama, itu kucing adalah punyaku! Yang kedua, kucing sangat tidak cocok padamu, Midorimacchi."
"Jangan berkata kata-kata kasar itu dengan sangat santai, Kise."
"Saya tidak mempunya hobbi untuk mengkoleksi produk kucing. Tetapi, kucing ini spesial."
"Apakah, ini adalah lucky item mu hari ini?"
Mendengar pertanyaan Kuroko, Midorima mengangguk: "Ya"
"Hari ini, sesuai dengan pengumuman horoskop pagi ini, dia berkata bahwa Cancers, lucky item mereka adalah kucing. Saya mencarinya di seluruh rumah saya tetapi tidak bisa menemukan kucing, jadi saya tidak membawa Lucky Item hari ini."
"Itu benar, hari ini tangan Midorimacchi kosong."
Kise menempatkan tangan kanannya di bawah rahang sambil mengingat.
"Tetsu-kun benar-benar menakjubkan untuk menyadari bahwa Midorin tidak membawa Lucky Itemnya hari ini."
Momoi benar-benar terkesaan, tapi jelas Kuroko Menjawab:
"Ini karena minat saya untuk mengamati orang-orang."
Karena itu adalah lucky item, tidak ada pilihan lain. Kise memberikan Taro Kitty ke Midorima, yang setelah menerima barang keberuntungannya dia bagaikkan bebek dalam air.
"Saya bertujuan untuk mampir di toko antik setelah perjalanan pulang hari ini. Tak disangka saya mendapatkannya di tempat seperti ini!"
Bukankah itu hebat, Midorin."
"Baiklah, mari kita cepat mengambil gambar untuk kenangan!"
Kise dengan sabar mengoperasikan mesin.
Setelah di klik, layar menunjukkan hasil gambar.
Tidak jelas apakah Midorima pemalu, tapi dia hanya menunjukkan wajahnya dari samping. Namun, menurut pendapat Momoi, ekspresi wajahnya pasti salah satu dari kebahagiaan.
No comments:
Post a Comment